Home BANTEN Mengenang Sejarah Pertempuran Lengkong

Mengenang Sejarah Pertempuran Lengkong

0

(photo istimewa)

 

Serpong memiliki monumen perjuangan, Monumen Palagan Lengkong. Lokasinya tidak jauh dari Landmark BSD City. Monumen Palagan Lengkong atau yang dikenal juga Monumen Daan Mogot mudah ditemui karena lokasinya berada tepat di pinggir jalan. Bentuknya berupa rumah tua berwarna putih dan hijau dengan arsitektur klasik. Tempat itu merupakan saksi bisu tragedi yang menimpa Mayor Daan Mogot dan para taruna eks PETA di Serpong.

Bangunan yang saat ini difungsikan sebagai monumen Palagan Lengkong, merupakan rumah administratur tanah partikelir Lengkong Oost. Semasa pendudukan Jepang, daerah ini menjadi tempat latihan pasukan Jepang, sekaligus sebagai gudang komoditas bahan mentah untuk kebutuhan Perang Pasifik, sebelum dikirim ke Jepang. Setelah Jepang menyerah ke tangan sekutu, pemuda yang dilatih sebagai tentara PETA bertindak. Mereka meminta senjata kepada tentara Jepang yang masih ada di Lengkong. Bekas tentara PETA itu tidak memiliki senjata padahal ada ancaman dengan kedatangan tentara sekutu.

Peristiwa berdarah ini bermula dari Resimen IV TRI di Tangerang, Resimen ini mengelola Akademi Militer Tangerang. Tanggal 25 Januari 1946, Mayor Daan Mogot memimpin puluhan taruna akademi untuk mendatangi markas Jepang di Desa Lengkong untuk melucuti senjata pasukan jepang. Daan Mogot didampingi sejumlah perwira, antara lain Mayor Wibowo, Letnan Soetopo, dan Letnan Soebianto Djojohadikusumo.

Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer, mereka berangkat ke Lengkong. Di depan pintu gerbang markas, tentara Jepang menghentikan mereka. Hanya tiga orang, yakni Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan seorang taruna Akademi Militer Tangerang, yang diizinkan masuk untuk mengadakan pembicaraan dengan pimpinan Dai Nippon. Sedangkan Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo ditunjuk untuk memimpin para taruna yang menungggu di luar.

Semula proses perlucutan berlangsung lancar. Tiba-tiba terdengar rentetan letusan senapan dan mitraliur dari arah yang tersembunyi. Senja yang tadinya damai jadi berdarah. Sebagian tentara Jepang merebut kembali senjata mereka yang semula diserahkan. Lantas berlangsung pertempuran yang tak seimbang. Karena kalah kuat, korban berjatuhan di pihak Indonesia. Sebanyak 33 taruna dan 3 perwira gugur dalam peristiwa itu. Sedangkan 1 taruna lainnya meninggal setelah sempat dirawat dirumah sakit. Perwira yang gugur adalah Daan Mogot, Letnan Soebianto, dan Letnan Soetopo.

Peristiwa berdarah itu kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Pertempuran Lengkong. Pada waktu itu Akademi Militer berpusat di Tangerang sehingga banyak yang menjadi korban adalah Taruna. Selasa (14/3/2023). Potret Banten/Leoni.

Sumber. Wikipedia.

 

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version