Potret Banten
Poto Realita Tentang Banten

Mengenal Tradisi Kebudayaan Yang Ada di Provinsi Banten

0

Tradisi budaya di setiap daerah selalu memiliki daya tarik tersendiri. Akan tetapi, perlu diingat, berbagai tradisi yang ada dilaksanakan sebelum pandemi terjadi. Tak terkecuali tradisi budaya yang ada di ujung barat Pulau Jawa, Banten. Provinsi dengan Ibu Kota Serang ini memiliki tradisi yang unik, mulai dari atraksi budaya seperti debus, ngariung, ngeropok, hingga kegiatan ziarah ke makam raja-raja ataupun tokoh penyebar ajaran Islam di wilayah ini. Walau saat ini belum bisa melihatnya secara langsung, simak yuk potret tradisi unik di Banten, berikut ini:

  1. Debus

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain.

Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain.

Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan. Dibanten sendiri kesenian debus atau keahlian melakukan debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya.

2. Ngariung

Ngariung menjadi salah satu tradisi warga Banten yang kerap berlangsung. Tradisi ini berisikan kegiatan untuk memanjatkan doa, shalawat, dan mengaji ayat-ayat suci Al-Qur’an secara bersama-sama sebagai ucapan rasa syukur.

Tradisi ngariung ini dihiasi dengan acara pengajian yang dipimpin oleh ulama atau ustadz serta ditutup dengan doa bersama. Sebenarnya, acara ini diperuntukan sebagai bentuk keberkahan atas dipertemukannya kembali dengan hari yang istimewa.

3. Ngeropok

Ngeropok merupakan istilah yang ada di Tradisi Panjang Mulud di Serang Banten, khususnya di Desa Banten yang artinya sekolompok atau individu orang yang datang dan mengikuti prosesi upacara panjang mulud yang sebelumnya tidak diundang baik itu bapak bapak, ibu ibu, remaja maupun anak anak, dengan harapan mendapat berkat.

Sekarang acara Tradisi Panjang Mulud dilaksanakan di masjid yang diawali pembacaan dzikir dan sholawat, penjemputan panjang kerumah rumah warga oleh panitia panjang mulud, dan diakhiri oleh acara ngeropok. Tradisi Panjang Mulud pada masa sekarang memiliki beragam replika yaitu, bentuk Ka’bah, masjid, mobil, pesawat, burung, rumah adat, perahu dan pohon. Lalu terdapat acara penjemputan replika (panjang) tersebut kerumah rumah warga oleh panitia panjang yang kemudian diarak untuk dibawa ke masjid dengan diiringi sholawatan. 

4. Ziarah

Banten juga dikenal memiliki tradisi unik lainnya berupa ziarah ke makam raja dan syekh penyebar ajaran agama Islam. Berjalan seiring waktu, tradisi ini mampu membangkitkan geliat ekonomi masyarakat lokal dengan berjualan berbagai macam kebutuhan bagi para peziarah. Di antaranya seperti makanan ringan hingga makanan khas Banten, baju Muslim, serta kebutuhan lainnya.

Wisata ziarah ini terdapat di Kawasan Banten Lama, tepatnya di Masjid Agung Banten yang merupakan makam dari Sultan Maulana Hasanudin dan istri, Sultan Ageng Tirtayasa, Pangeran Ratu, Sultan Maulana Muhammad, dan Sultan Zainul Abidin. Tak hanya di Kawasan Banten Lama, wisata ziarah ini juga berada di Gunung Santri, Bojonegara yang merupakan makam dari Syekh Muhammad Sholeh, lalu di Desa Caringin yang terdapat makam Syekh Muhammad Asnawi, dan makam Syekh Maulana Masyuruddin atau dikenal dengan nama Sultan Haji yang berlokasi di Cikadueun, Pandeglang.

5. Kebudayaan Pencak Silat
Kebudayaan pencak silat merupakan seni beladiri yang berakar dari budaya asli bangsa Indonesia. Disinyalir dari abad ke 7 Masehi silat sudah menyebar ke pelosok nusantara. Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke15 di Nusantara. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di pesantren-pesatren dan juga surau-surau. Budaya sholat dan silat menjadi satu keterikatan erat dalam penyebaran pencak silat. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.

Banten yang namanya sangat dikenal untuk ilmu silatnya juga penyebarannya tidak terlepas dari ajaran agama Islam. Tidak heran banyak nama dari jurus dan gerakan perguruan silat asli Banten diambil dari aksara dan bahasa arab. Pencak silat Banten mulai dikenal seiring dengan berdirinya kerajaan Islam Banten yang didirikan pada abad 15 masehi dengan raja pertamanya Sultan Hasanudin. Perkembangan pencak silat pada saat itu tidak terlepas dari dijadikannya silat sebagai alat untuk penggemblengan para prajurit kerajaan sebagai bekal ketangkasan bela negara yang diajarkan oleh para guru silat yang mengusasai berbagai aliran. Silat juga sebagai dasar alat pertahanan kerajaan dan masyarakat umum Banten dalam memerangi kolonialisme para penjajah.

Leave A Reply

Your email address will not be published.